Pengertian Konstruktivisme
Kontruktisvisme (contruktivisme) merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan kontekstual. Yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit). Membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal. Pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan. Esensi dari teori kontruktivisme adalah ide bahwa siswa harus menemukan dan mentranformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain.
Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Namun manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Peserta didik perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Guru tidak akan mampu memberikan semua pengetahuan kepada siswa. Dalam “pembelajaran kontruktivisme” siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar dan mengajar. Dalam proses pembelajaran yang menjadi pusat kegiatan adalah siswa, bukan guru.
Dalam “pembelajaran kontruktivisme” strategi memperoleh lebih diutamakan dibandingkan dengan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Untuk itu, tugas guru adalah mempasilitasi proses tersebut dengan :
1. Membuat pengetahuan menjadi bermakna dan relevan bagi siswa
2. Memberi kesempatan pada siswa untuk menemukan dan menerapkan idenya sendiri, dan
3. Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar
Pengetahuan tumbuh dan berkembang melalui pengalaman. Pemahaman berkembang semakin dalam dan semakin kuat apabila selalu diuji dengan pengalaman baru. Menurut Peaget, manusia memiliki struktur pengetahuan dalam otaknya, seperti kotak-kotak yang masing-masing berisi informasi bermakna yang berbeda-beda.
Pengalaman yang sama bagi beberapa orang akan dimaknai berbeda-beda oleh masing-masing individu dan disimpan dalam kotak yang berbeda. Setiap pengalaman baru dihubungkan dengan kotak-kotak (struktur pengetahuan) dalam otak manusia tersebut. Struktur pengetahuan dikembangkan dalam otak manusia melalui dua cara, yaitu asimilisi dan akomodasi.
a. Asimilasi maksudnya, struktur pengetahuan baru dibuatb atau dibangun atas dasar struktur pengetahuan yang sudah ada.
b. Akomodasi maksudnya, struktur pengetahuan yang sudah ada, dimodifikasi untuk menampung dan menyesuaikan dengan hadirnya pengalaman baru.
Proses Belajar Menurut Teori Kontruktivisme
Proses belajar dari pandnagan kontroktivisme dari aspek peranan siswa (si belajar) dan peranan guru.
1. Peranan siswa (si-pelajar) ;
Menurut pandangan kontruktivistik, belajar merupakan suatu proses pembentukan pengatahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh si pelajar. Ia harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Kendali belajar sepenuhnya ada pada siswa. Paradigma kontruktivistik memandang siswa sebagai pribadi yang sudah memiliki kemampuan awal sebelum mempelajari sesuatu. Kemampuan awal tersebut akan menjadi dasar dalam mengkontruksi pengetahuan yang baru.
2. Peranan guru ;
Guru/pendidik berperan membantu agar proses pengkontruksian pengetahuan oleh siswa berjalan lancar. Guru tidak mentransferkan pengetahuan yang telah dimilikinya, melainkan membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri.
Guru dituntut untuk lebih memahami jalan pikiran atau cara pandang siswa dalam belajar. Guru tidak dapat mengklaim bahwa satu-satunya cara yang tepat adalah yang sama dan sesuai dengan kemauannya.
Peranan kunci guru dalam interaksi pendidikan adalah pengendalian, yang meliputi;
a. Menumbuhkan kemandirian dengan menyediakan kesempatan untuk mengambil keputusan dan bertindak
b. Menumbuhkan kemampuan mengambil keputusan dan bertindak, dengan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan siswa
c. Menyediakan sistem dukungan yang memberikan kemudahan belajar agar siswa mempunyai peluang optimal untuk berlatih.
3. Sarana belajar ;
Pendekatan kontruktivistik menekankan bahwa peranan utama dalam kegiatan belajar adalah aktifitas siswa dalam mengkontruksi pengetahuan sendiri. Segala sesuatu seperti bahan, media, peralatan, lingkungan, dan fasilitas lainnya disediakan membantu pembentukan tersebut. Siswa diberi kebebasan untuk mengungkapkan pendapat dan pemikirannya tentang sesuatu yang dihadapinya. Dengan cara demikian, siswa akan akan terbiasa dan terlatih, untuk berpikir sendiri, memecahkan masalah yang dihadapinya, mandiri, kreatif, dan mampu mempertanggung jawabkan pemikirannya secara rasional.
Pengaruh Kontruksivisme pada Proses Belajar
1. Belajar berarti membentuk makna
2. Konstruksi merupakan proses yang terus-menerus
3. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, melainkan pengembangan
pemikiran baru
4. Hasil belajar dipengaruhi pengalaman siswa
5. Hasil belajat tergantung konsep-konsep, tujuan dan motivasi siswa
Sumber :
Asri Budiningsih, 2005, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta ; PT. Renika Cipta.
0 komentar:
Posting Komentar