SEKOLAH EFEKTIF DAN UNGGUL
OLEH : NASRUDIN, S.PdI.,M.Pd
A. Sekolah Efektif dan Unggul
Sekolah yang efektif (keefektifan sekolah) banyak dibicarakan bahkan menjadi perhatian dan dambaan bagi hamper semua pengelola atau praktisi pendidikan, namun sejauh ini apakah memang sudah terbukti bahwa keefektifan sekolah benar-benar dapat mendukung dan memberikan bukti nyata dan sumbangsih riil terhadap kemajuan sekolah.
Keefektifan sekolah dengan kemajuan sekolah ternyata adalah dua hal yang berbeda. Keefektifan sekolah berkaitan dengan dinamika pekerjaan atau aktifitas sekolah. Namun sejauh ini belum ada standar yang tetap atau baku, bagaimana sekolah dapat dikatakan efektif, bagaimana system kerjanya, elemen-elemen apa saja yang terkait, elemen mana yang mempengaruhi elemen lainnya dengan cara yang bagaimana, dst. Namun dilihat dari model dan teori memang ada hubungan-hubungan esensial keefektifan sekolah dengan kemajuan sekolah dalam proses perubahan suatu institusi.
Keefektifan sekolah berpasangan dengan ketidak efektifan sekolah begitupun kemajuan sekolah berpasangan dengan kemunduran sekolah. Yang perlu di simak adalah bagaimana proses kemajuan atau kemunduran itu muncul, secara alami tanpa kita intervensi, sehingga kita dapat melihat secara objektif proses yang terjadi.
Keinginan menciptakan sekolah yang maju/bermutu di Indonesia merupakan perhatian semua pihak terutama Departemen Pendidikan Nasional, bahkan dijalin kerjasama dengan pihak luar negeri yang bersedia memberikan bantuan dan pinjaman pada dunia pendidikan (loan). Salah satu programnya adalah dengan menciptakan sekolah model, yang diprediksikan merupakan sekolah maju dan berkwalitas.
Dalam rangka proses pembaharuan perlu diadakan suatu kajian pada beberapa sekolah yang telah mengalami perkembangan. Sehingga sebutan beberapa nama atau istilah sekolah yang dianggap telah maju atau mengalami perkembangan tersebut, yakni sekolah Model dan sekolah Model Pembaharuan, benar-benar sesuai dengan esensinya dan menjadi cerminan sesuai yang diharapkan.
Tidak ditemukan cara yang paling sederhana untuk memasukkan konsep budaya kedalam permasalahan-permasalahan tersebut diatas. Berbicara masalah budaya tidak semudah yang kita bayangkan, budaya menyangkut suatu tatanan kehidupan, tradisi, kebiasaan, sopan-santun, dan banyak hal lagi yang terkait dengan sosiologi.
Hal ini semakin sulit dicari kesimpulannya bila konsep budaya kita kaitkan lagi dengan konsep sekolah, budaya sekolah. Apa yang dimaksud dengan budaya sekolah? Ini akan terkait dengan siswa, guru, kepala sekolah, semua elemen sekolah, Sosiologi Pengajaran dan semakin meluas.
Sebetulnya konsep budaya dalam sekolah ini dapat kita rujuk dari tulisan Waller The sociology of teaching (1932). Maka untuk melihat aspek-aspek yang terkait dengan keefektifan sekolah, kemajuan sekolah dan kebudayaan ini.
B. Indikator-Indikator Sekolah Efektif dan Unggul
Para pakar pendidikan telah mengidentifikasi beberapa indikator yang mungkin bisa digunakan untuk menerapkan efektifitas dalam berbagai lembaga. Awalnya Edmonds (1979) mengemukakan lima karakteristik pelaksanaan efektifitas sebuah sekolah, yaitu:
1. Harapan yang tinggi pada keefektifan pembelajaran di antara staf
2. Kepemimpinan yang kuat oleh kepala sekolah
3. Ketenangan dan kenyamanan yang berorientasi kerja pada atmosfir sekolah.
4. Menekankan pada kegiatan-kegiatan akademik dan pengembangannya.
5. Sering mengadakan monitoring terhadap prestasi siswa.
Sementara itu, Rutter, Maughan, Mortimore, Ouston dan Smith (1979) lebih cenderung melihat bahwa faktor-faktor seperti: pembelajaran yang tidak terganggu, sistem kerja kolaboratif antar dewan guru, kepedulian pada fasilitas fisik, konsisten pada penggunaan sanksi-sanksi negatif maupun positif, termasuk pula berbagai indikasi yang bisa ditunjukkan oleh siswa seperti: kehadiran, tingkah laku, keberhasilan dalam ujian, kenakalan dan pekerjaan dan sebagainya.
Austin & Reynolds, (1990) setelah mereview berbagai indikator yang telah dikemukakan oleh para ahli sebelumnya, mereka pun mengemukakan 13 indikator yang kemudian mereka klasifikasikan dalam “variabel struktur/organisasi” dan “Variabel proses” sebagai berikut:
a) Variabel struktur/organisasi:
1. Fokus pada MBS
2. Kepemimpinan Pembelajaran yang kuat
3. Stabilitas staf
4. Konsensus pada tujuan
5. Pengembangan staf sekolah
6. Dukungan orang tua
7. Pengakuan terhadap keberhasilan akademik
8. Penggunaan waktu yang efektif
9. Dukungan dan perhatian Pemerintah Daerah
b) Variabel Proses:
1. Hubungan harmonis antarkolega dan perencanaan
2. Komitmen organisasi
3. Tujuan yang jelas dan kepedulian yang tinggi terhadap sekolah
4. Aturan-aturan yang cukup dikenal dan mengikat semuanya.
Dalam kaitannya dengan upaya menempatkan variabel effektifitas dalam sebuah kajian teoretis, beberapa ahli cenderung menekankan pada sebuah pendekatan sistem ketika menguji keefektifan. Misalnya, Hoy dan Ferguson (1985) mengusulkan sebuah konsep model keefektifan sekolah berdasarkan dimensi adaptasi, pencapaian tujuan, integrasi dan hal-hal terpendam lainnya (latency). Dimensi-dimensi ini yang menggabungkan baik tujuan dan komponen-komponen sistem yang dikonversi menjadi indikator-indikator yang digunakan di sekolah dalam hal administrasi dan inovasi pembelajaran, prestasi akademik, kebersamaan staf, dan komitmen organisasi. Dalam hal yang sama Ratsoy (1983) mengusulkan elemen-elemen berikut, yaitu:
v Visi dan misi sekolah
v Kepuasan dan keinginan-keinginan lain dari civitas akademik di sekolah
v Struktur organisasi, iklim dan bantuan teknologi
v Interaksi yang lebih luas antara lembaga dengan elit politik dan lingkungan sosial.
C. Faktor-faktor Sekolah yang Efektif dan Unggul
Ada delapan faktor yang berpengaruh besar terhadap keefektifan sekolah menurut para pakar pendidikan, yaitu
1. Kepemimpinan kepala sekolah yang kuat.
Walaupun beberapa penelitian mengakui bahwa hal ini hanya mempunyai sedikit dampak namun kepemimpinan kepala sekolah ini, pada study lain, adalah kuat, positif, dan penting. Diantaranya memiliki aspek sbb:
a. Pemilihan dan penempatan guru-guru yang tepat (ketat)
b. Mempertahankan sekolah dari gangguan pihak luar.
c. Pemanfaatan waktu dan energi yang tinggi untuk pengembangan sekolah
d. Adanya dukungan guru-guru
e. Memperoleh sumber-sumber tambahan untuk sekolah
f. pelibatan staf dalam mengambil keputusan.
g. manajemen staf yang baik.
2. Harapan-harapan yang tinggi: sebuah tantangan yang sesuai untuk pemikiran siswa.
Seperti dijelaskan sebelumnya, faktor ini telah dikutip para pakar. Sebagai contoh, bagaimana harapan-harapan bisa disampaikan di dalam kelas. Para ahli menemukan bahwa guru-guru memiliki harapan yang rendah bagi siswa-siswa pemula yang berasal dari kalangan status sosial yang rendah. Juga ditemukan harapan yang rendah. Disamping itu para ahli menemukan kenyataan bahwa anak laki-laki lebih banyak mendapatkan kritik-kritik dan sebaliknya perempuan lebih banyak dipuji. Selanjutnya Dweck dan Repuccy menemukan bahwa guru laki-laki lebih besar memberikan penghargaan kepada siswa yang perempuan.
3. Monitoring kemajuan siswa.
Monitoring kemajuan siswa merupakan prosedur vital untuk merubah sedikit baik pada perencanaan awal strategi mengajar atau mengurangi beban kerja. Para pakar juga melihat hal itu sebagai kunci pesan terhadap siswa bahwa guru tertarik pada kemajuan mereka.
Walaupun program monitoting kemajuan siswa ini sedikit memberikan pengauh tapi hasil penelitian menyatakan banyak sekolah yang menggunakan hal ini.
4. Tanggungjawab dan keterlibatan siswa dalam kehidupan sekolah.
Peran aktif siswa-siswa dalam kehidupan sekolah adalah sangat penting dengan melibatkan dalam kegiatan-kegiatan sekolah atau memberikan tanggung jawab sehingga timbul respon positif dari mereka, kemudian guru merasakan rasa memiliki di sekolah dan dalam pembelajaran siswa.
5. Penghargaan dan insentif.
Levine menyatakan ada dua hal yang terkait dengan reward ayaitu:
· Guna dari penghargaan ini adalah meluas sampai akademik outcome dan juga berlaku pada aspek lain kehidupan sekolah.
· Pengenalan hal positif, oleh karena korelasi dengan kerugian, ada para siswa menuju keberhasilan rendah
Akhirnya, penghargaan itu bisa disampaikan dalam berbagai cara, jika kebijakan sekolah adalah hal positif. Di beberapa sekolah, penghargaan diberikan kepada individu yang menghasilkan pekerjaan baik atau prestasi olahraga dan faktor sosial. Sekolah telah berpengalaman terhadap perrmasalahan menciptakan sistem insentif. Ini adalah masalah tertentu untuk sekolah jika cakupan umur siswa lebih banyak: pemberian penghargaan hanya tertarik ke siswa-siswa yang lebih muda dan kadang-kadang untuk para siswa lebih tua ketertarikan mereka hilang.
6. Keterlibatan orang tua dalam kehidupan sekolah.
Peran penting yang harus dimainkan orang tua dalam pengembangan intelektual anak-anak mereka adalah keterlibatan mereka sehingga menjadi sumber yang efektif untuk menuju kesuksesan.
Dikatakan juga keterlibatan orang tua adalah kunci kesuksesan suatu program dan kesenjangan antara tingkat pencapaian keuntungan dan kegagalan dapat dikurangi. Ada beberapa hal untuk sekolah yang perlu mendapat perhatian:
a. melibatkan orangtua secara proporsional, dan profesional dalam mengembangkan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program sekolah. Misalnya dalam mengembangkan program unggulan sekolah, dan life skill.
b. menjalin komunikasi secara intensif. Secara proaktif sekolah mengubungi orangtua peserta didik dengan cara sbb:mengadakan rapat rutin, mengirim berita tentang sekolah secara periodik, membagikan daftar nama, alamat, no telp dan tugas pokok tenaga kependidikan, mengadakan kunjungan rumah, mengadakan pembagian tugas dan tanggungjawab antara sekolah dan orang tua.
c. melibatkan orangtua dalam perbagai program dan kegiatan di sekolah.
d. mendayagunakan orangtua sebagai sumber belajar.
- Penggunaan perencanaan bersama dan pendekatan yang konsisten terhadap siswa.
Lavine and Lezotte memberikan alasan bahwa konsensus dan kohesi itu khususnya penting bagi sekolah (dibanding institusi lain) sebab sekolah menetapkan para guru sejumlah kesulitan dan kadang-kadang berlawanan dengan tujuan. Jadi, guru harus merespond terhadap kebutuhan individu siswa dari seluruh kelas. Mereka harus adil kepada setiap kelompok. Konflik ini kadang-kadang sulit untuk dipecahkan dan memberikan kepuasan para guru dan para siswa.
Keterlibatan warga sekolah dalam mengambil keputusan, tentu saja, berhubungan dengan kekuatan kepemimpinan. Ada beberapa bukti bahwa ketika para guru dan yang lain diberikan otoritas untuk melakukannya, mereka memiliki manajemen yang terbaik - akan jauh lebih mungkin untuk merasa memiliki lembaga dan, sebagai hasilnya, menawarkan komitmen lebih besar. Kompleksitas perencanaan telah diterangkan tetapi pertanyaannya sejauh mana perencanaan sekolah mempengaruhi kehidupan sehari-hari para guru, masih perlu dicari jawabannya.
8. Tekanan akademik dan pembelajaran.
Sejumlah pakar menaruh perhatian pada waktu yang terbuang di sekolah, khususnya pada jam-jam pertama, melalui lemahnya administrasi dan kurangnya persiapan. Dan peneliti lain membuktikan bahwa terjadi juga pada akhir pelajaran, karena besarnya proporsi pelajaran yang ada sebelum waktunya berakhir.
D. Budaya-budaya, keefektifan, perubahan, dan kemajuan sekolah
a. Keefektifan sekolah
Apakah suatu budaya lebih terkait erat dan berpengaruh terhadap keefektifan sekolah dibanding yang lain? Jawabannya jelas bergantung dari criteria dimana keefektifan tersebut diberlakukan.
Sekolah dengan kultur “welfarist “ memiliki kelemahan di bidang akademik, tapi para staf di sekolah ini sangat mempercayai hasil yang dihasilkan daripada sekedar kemampuan akademik, dan pencapaian itu amatlah berharga dalam konteks hasil yang ekspresif.
Budaya tradisional terkait dengan pencapaian akademik yang cukup tinggi, tapi sangat kecil nilainya di bidang ekspressif. Dan dapat dipastikan pada saat-saat seperti ini hal ini banyak dikejar-kejar para orang tua, yakni sekolah yang terlihat maju di bidang akademiknya, menanamkan rasa percaya diri, pengembangan diri dan kapasitas intelektual untuk mencapai target akademik. Sekolah macam ini akan lebih sangat efektif dengan criteria terkait. Beberapa sekolah asrama swasta dan pesantren modern bisa termasuk dalam kategori ini. Di lain pihak, para siswa dan keluarga mereka yang tidak memiliki ketertarikan yang cukup tinggi pada bidang akademik, aspirasi dan komitmen, serta siswa yang menunjukkan rasa harga diri yang rendah beranggapan bahwa kegagalan dalam menyediakan dukungan kesatuan social pada tipe sekolah ini merupakan sesuatu yang tidak efektif
Budaya “hot house” mungkin diselenggarakan dalam keefektifan yang berbeda dan selektif: siswa yang tak berdaya dalam tekanan baik instrumental atupun ekpresif menganggap bahwa sekolah itu tidak efektif bagi mereka. Tapi bagi mereka yang dapat bertahan dan berkembang mengikuti etos / budaya seperti ini akan memberikan nilai tinnggi pada hasil dua tipe outcome (instrumental dan ekspresif) tersebut.
Pada prinsipnya, sekolah dengan kultur yang seimbang, akan mencapai posisi yang optimum baik dalam bidang instrument ataupun ekspresif dan seharusnya menjadi paling efektif. Hal ini bisa terjadi bila criteria keefektifan memberikan bobot yang sama pada hasil instrumental ataupun ekspresif.
b. Perubahan sekolah
Budaya yang bagaimana yang dapat banyak membantu sekolah menghadapi dan melakukan perubahan? Pada model pertama, anomic school merupakan turunan dan samasekali mencontoh semua budaya sekolah pada bagian pertama. Berkaitan dengan ketiga tipe diatas sama sekali tidak ada indikasi yang menyatakan bahwa salah satunya lebih baik dalam membuat suatu perubahan disekolah, jika penekanan external yang dilakukan maka ia mengacu pada pemahaman instrumental yang tinggi, dan ini sebagai manfaat dari kultur tardisional dan “hothouse”, dan jika mengikuti trend penekanan pada ekspresif maka dia merupakan pola manfaat Welfarist dan bisa juga hothouse.
Pada model kedua, kegunaan betul-betul bergantung dari keadaan yang bersifat relative. Sekolah tradisional yang sangat kuat dengan pemeliharaan strukturnya sering dapat memberikan kesejahteraan dan kestabilan dalam suatu periode tertentu, dan bahkan jika kepemimpinan kepala sekolahnya dapat diterima dan mendapat legitimasi sebagai inisiator perubahan baru oleh hampir semua pihak, maka ia bisa mendapat respon yang positif dan dukungan yang besar, sehingga institusi dapat benar-benar berjalan stabil.
c. Kemajuan sekolah
Kolaborasi antara kepala sekolah dengan guru, guru dengan guru, adalah usaha kritis dalam memajukan sekolah (Lieberman dan Miller, 19986)
Hasilnya adalah bahwa guru mesti lebih banyak dilibatkan dalam kolaborasi, dan para administrator harus ikut mendukung guru dan bahkan ikut mempromosikan guru sebagai bentuk implementasi politik, dan secara administrasi memimpin perubahan yang lebih efektif. Sedang di kollegial, kolaborasi lebih di buthkan dalam tingkat yang lebih tinggi karena permaslahan dan pengembangannya jauh lebih kompleks.
Perkembangan penelitian terakhir, khususnya penelitian yang dirancang untuk lebih mendapatkan kejelasan tentang hubungan keefektifan,, perubahan sekolah, dan kemajuan sekolah dapat lebih memberikan kekuatan hasil, menyediakan konsep dasar pengetahuan dan tehnologi yang menjadi kebutuhan dasar dalam menciptakan sekolah yang lebih baik dengan target pencapaian outcome siswa diatas standar rata-rata.
E. Kesimpulan
1. Keefektifan sekolah pada manejemen belajar dan mengajar yang efektif akan optimal jika:
- Kebutuhan terhadap lebih jelasnya konsep dan teori
- Menggunakan lebih lagi teknik statistik yang lengkap
- Metode sampling
- Pemilihan outcome
- Metode untuk menghubungkan outcome dengan proses data
2. Faktor-faktor yang berhubungan:
Ada delapan faktor yang berpengaruh besar terhadap keefektifan sekolah:
- Kepemimpinan kepala sekolah yang kuat.
- Harapan-harapan yang tinggi: sebuah tantangan yang sesuai untuk pemikiran siswa.
- Monitoring kemajuan siswa.
- Tanggungjawab dan keterlibatan siswa dalam kehidupan sekolah.
- Penghargaan dan insentif.
- Keterlibatan orang tua dalam kehidupan sekolah.
- Penggunaan perencanaan bersama dan pendekatan yang konsisten terhadap siswa.
- Tekanan akademik dan pembelajaran.
3. Segi keefektifan dalam perubahan sekolah
a. Bahwa budaya sekolah terdiri dari beberapa tipe atau jenisnya
b. Tipe sekolah juga ikut menentukan keefektifan, perubahan dan kemajuan sekolah
c. Bahwa untuk menciptakan keefektifan dan kemajuan sekolah, tidak ada kultur atau budaya yang dianggap paling bagus atau paling tepat untuk digunakan, karena untuk menciptakan keefektifan dan kemajuan sekolah sangat bergantung pada keadaan, situasi, kondisi dan permasalahan yang terdapat pada masing-masing sekolah.
d. Semua budaya sekolah dan model-model sekolah dapat digunakan dan dapat menjadi sarana yang tepat untuk menciptakan keefektifan dan kemajuan sekolah, hal ini bersifat relative
e. dalam menciptakan kefektifan, perubahan dan kemajuan sekolah perlu adanya kolaborasi antara kepala sekolah dengan guru, guru dengan guru, bahkan peranan aktif dari para administrator dalam memotori perubahan disekolah
DAFTAR PUSTAKA
Austin, G. & Reynolds, D. (1990). Managing for Improved School Effectiveness: An International Survey, School Organization, 10(2/3), 167-178.
Beare, H. Cadwell, B.J., & Millikan, R. H., (1989). Creating an Excellent School: Some New Management Techniques, London: Routledge.
Durkheim, Emile, (2001). The School As A Social System, Cited in Hoy K., Wayne & Miskel, G. Cecil, 2001. Education Administration: Theory, Research, and Practice, Sixth Edition, NY : McGraw-Hill.
Edmonds R.R. (1979). Effective Schools for the Urban Poor. Educational Leadership. 37(1), 15 – 27.
Edward A. Holdaway & Neil A. Johnson (1993). School Effectiveness and Effectiveness Indicators, Current Index to Journal in Education (CIJE), 4(4), 165-188.
Georgopoulous B.S. & Tannenbaum, A.S., (1957). A Study of Organizational Effectiveness. American Sociology Review, 22(5), 534-540.
Griffiths, D.E., (1988). Administrative Theory. In N. J. Boyan (Ed.) Handbook of Research on Education Administration, White Plains, NY: Longman.
Lockheed, ME & Levin, HM. “ Creating Effective Schools”. Eds. Falmer Press. Washington, DC. 19990
Lezotte, L.W. Effective Schools Research Model for Planned Change. Effective Schools Products, 1989
Hargreaves, David.H. “School effectiveness, school change and school improvement:the relevance of the concept of culture. University of Cambridge, 1993
Herriott, R.E. & Firestone, W.A., (1984). Two Images of Schools as Organizations: A Refinement and Elaboration. Educational Administration Quarterly, 20(4), 41-57.
Hopkirk, G., (1987). Educational Administration and the Individual Imperative. Canadian Administrator, 26(6), 5-9.
Hoy, W.K & Ferguson, J., (1985). A Theoretical Framework and Exploration of Organizational Effectiveness of Schools. Educational Administration Quarterly, 21(2), 117-134.
Purkey, S.C. & Smith, M.S.,(1983). Effective Schools: A Review. Elementary School Journal., 83(4), 427-452.
Ratsoy, E.W., (1983). Assessing Effectiveness in Educational Organizations. Canadian Administrator, 23(3), 1-6.
Rutter, M., Maughan, B., Mortimore,P., Ouston, J., & Smith, A., (1979). Fifteen Thousand Hours : Secondary Schools and Their Effects on Children. London: Open Books.
Schein, E. H., (1985). Organizational Culture and Leadership. San Francisco: Jossey-Bass.
Hargreaves, David.H. “School effectiveness, school change and school improvement:the relevance of the concept of culture. University of Cambridge, 1993
0 komentar:
Posting Komentar