Minggu, 06 Maret 2011

Pendekatan Konseling Psikoanalisis

Pendekatan Konseling Psikoanalisis

a.     Konsep Dasar
         Hakikat manusia, Freud berpendapat bahwa manusia berdasar pada sifat-sifat:
       1).   Anti rasionalisme
       2).   Mendasari tindakannya dengan motivasi yang tak sadar, konflik dan simbolisme.
    3).  Manusia secara esensial bersifat biologis, terlahir dengan dorongan-dorongan instingtif, sehingga perilaku merupakan fungsi yang di dalam ke arah dorongan tadi. Libido atau eros mendorong manusia ke arah pencarian kesenangan, sebagai lawan lawan dari Thanatos yakni  :
1).   Semua kejadian psikis ditentukan oleh kejadian psikis sebelumnya
2).   Kesadaran merupakan suatu hal yang tidak biasa dan tidak merupakan proses mental yang berciri biasa.
3).   Pendekatan ini didasari oleh teori Freud, bahwa kepribadian seseorang mempunyai tiga unsur, yaitu id, ego, dan super ego

b.    Tujuan Konseling
1).   Menolong individu mendapatkan pengertian yang terus menerus dari pada mekanisme penyesuaian diri mereka sendiri
2).  Membentuk kembali struktur kepribadian klien dengan jalan mengembalikan hal-hal yang tak disadari menjadi sadar kembali, dengan menitikberatkan pada pemahaman dan pengenalan pengalaman-pengalaman masa anak-anak, terutama usia 2-5 tahun, untuk ditata, disikusikan, dianalisis dan ditafsirkan sehingga kepribadian klien bisa direkonstruksi lagi.

c.    Deskripsi Proses Konseling
1.    Fungsi konselor
2.    Konselor berfungsi sebagai penafsir dan penganalisis
3.    Konselor bersikap anonim, artinya konselor berusaha tak dikenal klien, dan bertindak sedikit sekali memperlihatkan perasaan dan pengalamannya, sehingga klien dengan mudah dapat memantulkan perasaannya untuk dijadikan sebagai bahan analisis.
Langkah-langkah yang ditempuh konselor
1.    Menciptakan hubungan kerja dengan klien
2.  Tahap krisis bagi klien yaitu kesukaran dalam mengemukakan masalahnya dan melakukan transferensi.
3.    Tilikan terhadap masa lalu klien terutama pada masa kanak-kanaknya
4.    Pengembangan reesitensi untuk pemahaman diri
5.    Pengembangan hubungan transferensi klien dengan konselor.
6.    Melanjutkan lagi hal-hal yang resistensi.
7.    Menutup wawancara konseling

Sumber  ;
Mohamad  Surya, 2003, Teori-Teorib  Konseling, Bandung  :  Pustaka  Bani  Quraisy.


0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best CD Rates