Jumat, 04 Maret 2011

Faktor Mempengaruhi Pendidikan Keluarga

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendidikan Dalam Keluarga
              Dalam pelaksanaan pendidikan dalam keluaga tidak jarang kita dapatkan fenomena-fenomena atau problematika yang sedikit banyak mempengaruhi pendidikan dalam keluarga. Faktor yang mempengaruhi faktor dalam pendidikan dalam keluarga (rumah tangga) yang dilaksnakan oleh orang tua disebabkan oleh faktor ; (a). Tingkat pendidikan orang tua, (b). Faktor ekonomi, (c). Faktor social dan (d). Faktor agama
                a.     Tingkat Pendidikan Orang
Pendidikan yang diperoleh orang tua dalam melaksanakan kegiatan pengajaran dalam rumah tangga sangat penting bagi keberhasilan pendidikan anggota keluarganya (anak-anaknya). Karena apabila orang tua tidak memiliki ilmu pengetahuan baik tentang tata cara mendidik, mengasuh, membimbing anak maupun lainnya, niscaya pelaksanaan pendidikan dalam rumah tangga sebagaimana yang diharapkan sulit diwujudkan (gagal). Dalam hal ini Sunartana dalam bukunya Masalah dan Kesulitan Belajar, menjelaskan bahwa ; “cara orang tua mendidik anaknya dapat merupakan sebab dari kegagalan anak-anak dalam belajar”.   
 Dari pendapat diatas dapat dipahami bahwa pendidikan yang diperoleh orang tua baik mengenai metode atau cara orang tua mendidik, maupun pengetahuan lainnya sangat mempengaruhi pelaksanaan pendidikan anak dalam keluarga (rumah tangga) terutama dalam membentuk sikap toleransi siswa.

                b.    Faktor Ekonomi
Dalam buku  bimbingan belajar dijelaskan bahwa ; “ Sosial ekonomi yang kurang akan membatasi kesempatan belajar sehingga menimbulkan kesulitan pada anak”. Dalam buku lain juga dijel;askan bahwa ; “ Ekonomi keluarga erat hubungannya dengan prestasi belajar anak. Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokok misalnya makan, minum, pakaian, perlindungan dan sebagainya dan juga membutuhkan fasilitas belajar”.
Dari kedua pendapat di atas dapat dipahami bahwa keadaan ekonomi keluarga sangat mempengaruhi pelaksanaan pendidikan anak dalam keluarga, artinya bila ekonomi keluarga sangat minim maka akan menuntut orang tuanya selalu berusaha mencari nafkah keluarga. Hal ini tidak jarang dilakukan oleh seorang ayah atau ibu. Bila kedua orang tua telah disibukkan dengan pekerjaannya sehari-hari untuk mencukupi kebutuhan mereka, maka anggota keluarganya (anak-anak mereka) akan kehilangan Pembina dan pembimbingnya, sehingga mereka tidak lagi terurus dan sebagainya akibatnya moral serta tingkah laku anak tak terarah.
                c.    Faktor Sosial
Faktor social ini juga akan mempengaruhi pelaksanaan pendidikan anak dalam rumah tangga (keluarga), Karena di dalam rumah tangga terdapat beberapa anggota keluarga teman bermain seperti anak ; kakek dan nenek, kakak dan adik, serta teman bergaul seperti tetangga di sekitar rumah tempat mereka tinggal. Dalam kaitannya dengan faktor social (teman bergaul) ini sering kali mengatakan bahwa; “tempat bergaul yang kurang baik (malas belajar, peminum, penjudi dan sebagainya) akan mempengaruhi tingkah laku anak, ia akan mudah pula ikut-ikutan untuk menunjukkan solidaritasnya, hal ini akan membawa anak malas belajar”.
Dalam bukunya yang lain juga menjelaskan bahwa : “pengaruh dari teman bergaul lebih cepat masuk kedalam jiwanya dari pada yang kita duga. Maka bergaul yang baik akan berpengaruh yang baik terhadap diri anak, begitu juga teman bergaul yang sebaliknya pasti mempengaruhi yang bersifat buruk juga”.
Dari kedua pendapat diatas dipahami bahwa anak dpat belajar dengan baik manakala memiliki teman bergaul yang baik serta pengawasan yang bijaksana dari kedua orang tuanya, begitu juga sebaliknya jika anak didalam interaksi (hubungan sosial) dengan teman-temannya baik dalam rumah tangganya maupun teman bergaul di luar lingkungan keluarganya akan mempengaruhi pola pada tingkah lakunya. Oleh sebab itulah interaksi social anak di perhatikan, dan diawasi dengan baik terutama terhadap teman bergaulnya yang memiliki akhlak dan moralitas yang baik.
               d.     Faktor Agama
Ilmu pengetahuan yang tinggi, tanpa disertai oleh keyakinan beragama, akan gagal dalam memberikan kebahagiaan kepada yang memilikinya. Dalam kenyataan sehari-hari kita menyaksikan banyak kaum inteligensi, yaitu orang yang banyak pengetahuannya, tidak mampu memanfaatkan kemampuannya untuk menciptakan kebahagiaan, baik bagi dirinya, keluarganya maupun bagi masyarakat umum. Artinya apabila bagi orang tua selaku pendidik tak pernah mengamalkan ajaran-ajaran agama terutama membiasakannyakepada anak-anaknya, niscaya akan sulit dicapainya suatu kebahagiaan dalam  keluarganya. Dalam hal ini Zakiah Daradjat dalam bukunya peranan Agama Dalam Kesehatan Mental, menjelaskan bahwa :
“ Orang-orang yang tidak mengindahkan agama, jiwanya kosong, hatinya kasar seolah-olah ia senang melihat orang menderita di sampingnya. Orang-orang yang gelisah jiwanya pada umumnya akan mencari kesenangan dalam menggelisahkan orang lain. Kekacauan, kemiskinan dan kebodohan orang banyaklah yang akan memberikan kepuasaan hatinya yang gelisah itu, disini pulalah letak kesengsaraan suatu masyarakat (keluarga) yang ekonominya dikendalikan oleh orang-orang yang tidak beragama” .
Dari pendapat di atas dapat dipahami bahwa apabila kehidupan rumah tangga (keluarganya) janganlah tidak beragama, beragama tetapi tidak melaksanakan ajaran agamanya dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari, niscaya kebahagiaan dan ketentraman  akan sulit didapatkan dan diwujudkan. Begitu juga halnya dalam pelaksanaan pengajaran  (pendidikan) dalam keluarga (rumah tangganya) terhadap anak-anaknya jika tidak dilandasi oleh nilai-nilai agama niscaya pelaksanaan pendidikan akan sia-sia, karena dengan agamalah anak akan patuh dan taat akan perintah orang tuanya. Begitu juga sebaliknya jika ajaran agama telah dimiliki maka masing-masing anggota keluarga baik ayah dan ibu ataupun anak-anak akan terjalin hubungan yang harmonis dimana antara yang satu dengan yang lainnya saling menghormati, mempunyai sikap toleransi yang baik dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya masing-masing. Untuk ini sangat besar artinya dan harus dimiliki oleh setiap keluarga karena dengan ajaran agama orang akan hidup aman dan bahagia begitu juga sebaliknya jika dalam kehidupan rumah tangga atau masyarakat tanpa agama, niscaya keluarga dan masyarakat itu akan kacau balau.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best CD Rates