Sabtu, 19 Maret 2011

Aspek Penyesuaian Diri

                                   Aspek-Aspek Penyesuaian Diri
Enung, (2008: 207) pada dasarnya penyesuaian diri memiliki dua aspek yaitu: penyesuaian pribadi dan penyesuain sosial. Untuk lebih jelasnya kedua aspek tersebut akan diuraikan sebagai berikut :
1.      Penyesuaian pribadi
      Penyesuaian pribadi adalah kemampuan individu untuk menerima dirinya sendiri sehingga tercapai hubungan yang harmonis antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Ia menyadari sepenuhnya siapa dirinya sebenarnya, apa kelebihan dan kekurangan dan mampu bertindak objektif sesuai dengan kondisi dirinya tersebut. Keberhasilan penyesuaian pribadi ditandai dengan tidak adanya rasa benci, lari dari kenyataan atau taggungjawab, dongkol, kecewa atau tidak percaya pada kondisi dirinya.
      Kehidupan kejiwaannya ditandai dengan tidak adanya kegoncangan atau kecemasan yang menyertai rasa bersalah, rasa cemas, rasa tidak puas, rasa kurang dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya. Sebaliknya kegagalan penyesuaina pribadi ditandai dengan keguncangan emosi, kecemasan, ketidakpuasan dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya, sebagai akibat adanya gap antara individu dengan tuntutan yang diharapkan oleh lingkungan. Gap inilah yang menjadi sumber terjadinya konflik yang kemudian terwujud dalam rasa takut dan kecemasan, sehingga untuk meredakannya individu harus melakukan penyesuaian diri (Enung, 2008: 207).
2.      Penyesuaian Sosial
      Setiap individu hidup di dalam masyarakat. Di dalam masyarakat tersebut terdapat proses saling mempengaruhi satu sama lain silih berganti. Dari proses tersebut timbul suatu pola kebudayaan dan tingkah laku sesuai dengan jumlah aturan, hukum, adat dan nilai-nilai yang mereka patuhi, demi untuk mencapai penyelesaian bagi persoalan-persoalan hidup sehari-hari. Dalam bidang ilmu psikologi sosial, proses ini dikenal dengan peroses penyesuaian sosial. Penyesuaian sosial terjadi dalam lingkup hubungan sosial tempat individu hidup dan berintraksi dengan orang lain. Hubungan-hubungan tersebut mencakup hubungan dengan masyarakat di sekitar tempat tinggalnya, keluarga, sekolah, masyarakat luas secara umum. Dalam hal ini individu dan masyarakat sebenarnya sama-sama memberikan dampak bagi komunitas. Individu menyerap berbagai informasi, budaya dan adat istiadat yang ada, sementara komunitas (masyarakat) diperkaya oleh eksistensi atau karya yang diberikan oleh sang individu (Enung, 2008: 208).
                Apa yang diserap atau dipelajari individu dalam proses interaksi dengan masyarakat masih belum cukup untuk menyempurnakan penyesuaian sosial yang memungkinkan individu untuk mencapai penyesuian pribadi dan sosial dengan cukup baik. Proses selanjutnya yang dilakuakn individu dalam penyesuaian sosial adalah kemauan untuk mematuhi norma-norma dan peraturan sosial kemasyarakatan.
      Setiap masyarakat biasanya memiliki aturan yang tersusun dengan jumlah ketentuan dan norma atau nilai-nilai tertentu yang mengatur hubungan individu dengan kelompok. Dalam proses penyesuaian sosial individu mulai berkenalan dengan kaidah-kaidah dan peraturan-peraturan tersebut lalu mematuhinya sehingga menjadi perbaikan dari pembentukan jiwa sosial pada dirinya dan menjadi pola tingkah laku kelompok (Sarwono Sarlito, 2008: 84).
         Kedua hal tersebut merupakan proses pertumbuhan kemampuan individu dalam rangka penyesuain sosial untuk menahan dan mengendalikan diri. Pertumbuhan kemampuan ketika mengalami proses penyesuaian sosial, berfungsi seperti pengawasan yang mengatur kehidupan sosial dan kejiwaan. Boleh jadi hal inilah yang dikatakan Freud sebagai hati nurani (super ego), yang berusaha mengendalikan kehidupan individu dari segi penerimaan dan kerelaannya terhadap beberapa pola perilaku yang disukai dan diterima oleh masyarakat, serta menolak dan menjauhi hal-hal yang tidak diterima oleh masyarakat (Enung, 2008: 208).
Ahli lain berpendapat bahwa Aspek-aspek penyesuaian diri meliputi :
1.  Aspek afektif emosional meliputi: perasaan aman, percaya diri, semangat, perhatian, tidak menghindar, mampu memberi dan menerima cinta, berani.
2.   Aspek perkembangan intelektual atau kognitif, meliputi: kemampuan memahami diri dan orang lain, kemampuan berkominikasi dan kemampuan melihat kenyataan hidup.
3.  Aspek perkembangan sosial meliputi: mengembangkan potensi, mandiri, fleksibel, partisifatip, dan bekerja sama (Zainun, 2002: 6).
Berdasarkan pendapat di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa aspek-aspek penyesuaian diri yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi: aspek penyesuaian pribadi meliputi aspek afektif emosional yaitu antara lain: perasaan aman, percaya diri, semangat, perhatian, tidak menghindar, mampu memberi dan menerima cinta, berani, dan aspek perkembangan intelektual atau kognitif yaitu antara lain: kemampuan untuk memahami diri dan orang lain, kemapuan berkomunikasi, kemampuan untuk melihat kenyataan hidup. Dan  aspek sosial yaitu antara lain: mengembangkan potensi, mandiri, partisipatif dan bekerjasama. Aspek-aspek  penyesuaian diri inilah yang akan dijadikan sebagai instrument penelitian.
     Sumber  :
1.         Enung F. 2008. Psikologi Perkembangan Peserta didik. CV PUSTAKA SETIA. Bandung.

2.         Sarwono,  Sarlito W. 2008. Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

3.    Zainun. 2002. Psikologi Anak. Jakarta: Gramedia.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best CD Rates