Pendahuluan
Manusia sebagai makhluk hidup merupakan makhluk yang lebih sempurna apabila dibandingkan dengan makhluk-makhluk hidup yang lain. Manusi dipengaruhi oleh keadaan disekitarnya, yang terikat oleh hukum-hukum alam; manusia juga dipengaruhi atau ditentukan oleh kemampuan-kemampuan yang ada dalam diri manusia itu sendiri. Manusia sebagai makhluk hidup, merupakan makhluk yang dinamis dalam pengertian bahwa manusia dapat mengalami perubahan-perubahan. Perilaku manusia dapat berubah dari waktu ke waktu.
Mengenai faktor-faktor yang menentukan perkembangan manusia ternyata terdapat bermacam-macam pendapat para ahli, teori yang satu berbeda dengan yang lain. Ada 3 macam teori yang akan dikemukakan teori berorentasi biologi (nativisme), teori berirentasi lingkungan (empirisme), teori berorentasi konvergensi dan teori berorentasi interaksionime.
1. Teori Berorentasi Nativisme
Pandangan pendidikan tradisional di masa lalu berpendapat bahwa hasil pendidikan yang dicapai anak selalu dihubung-hubungkan dengan status pendidikan orang tuanya. Menurut kenyataan yang ada sekarang ternyata bahwa pendidikan lama ini tidak sesuai lagi dengan keadaan. Pandangan lama ini dikuasai oleh aliran nativisme yang dipelopori Arthur Schopenhauer.
Nativisme (nativism) adalah sebuah doktrin filosofis yang berpengaruh besar terhadap aliran pemikiran psikologis. Tokoh utama aliran ini adalah Arthur Schopenhauer seorang filosof Jerman. Dan tokoh lain dari aliran nativisme adalah Jean Jacques Rousseau.
Rousseau berpendapat bahwa yang membentuk pribadi manusia adalah faktor dalam, yaitu faktor-faktor yang telah dibawa oleh anak sejak lahir. Rousseau terkenal dengan ucapannya “Segala-galanya baik sebagaimana keluar dari tangan Sang Pencipta, segala-galanya memburuk ditangan manusia”. Ungkapan Rousseau tersebut mengandung pengertian bahwa anak ketika dilahirkan sudah membawa segi-segi moral, yakni hal-hal mengenai bak dan buruk, benar dan salah, yang dapat berkembang secara alami dengan baik. Jika kemudian terdapat penyimpangan dan keburukan-keburukan, hal itu karena pengaruh lingkungan dan pendidikan.
Aliran nativisme mengemukakan bahwa manusia yang baru dilahirkan telah memiliki bakat dan pembawaan, baik karena berasal dari keturunan orang tuanya, nenek moyangnya maupun karena memang takdir demikian. Manakala pembawaan itu baik, baik pula anak itu kelak. Begitu pula sebaliknya, andaikata anak itu pembawaan buruk , buruk pula pada masa dewasanya. Oleh karena itu, menurut aliran ini, pendidikan tidak dapat diubah dan senantiasa berkembang dengan sendirinya.
Anak sejak ia lahir ia membawa bakat, kesanggupan (potensi) untuk dikembangkan, dan bawaan tertentu. Pembawaan itu akan berkembang sendiri, dalam hal ini pendidikan tidak akan mampu mengubahnya. Aliran dalam pendidikan yang menganut paham nativisme ini disebut aliran yang “pesimis pedagogis”.
2. Teori Berirentasi Lingkungan (Empirisme)
Kebalikan dari aliran nativisme adalah aliran empirisme (empiricism) dengan tokoh utama John Locke. Doktrin aliran empirisme yang amat mashyur adalah “tabula rasa” (tabula = meja, rasa = lilin), yaitu meja yang tertutup lapisan lilin putih. Kertas putih bersih dapat ditulis dengan tinta warna, apa pun warna tusiannya akan sama dengan warna tinta tersebut. Begitu pula halnya dengan meja yang berlilin, dapat dicat berwarna-warni, sebelum ditempelkan. Anak diumpamakan bagaikan kertas putih bersih, sedangkan warna tinta, diumpamakan sebagai lingkungan (pendidikan) yang akan berpengaruh terhadapnya.
Doktrin tabula rasa menekankan arti penting pengalaman, lingkungan, dan pendidikan dalam perkembangan individu. Jadi lingkungan di mana orang itu hidup adalah faktor terpenting yang membentuk kepribadian orang itu. Akan menjadi apakah orang itu kelak, sepenuhnya tergantung pada pengalaman-pengalaman apakah yang akan mengisi tabula rasa tersebut. Sedangkan bakat dan pembawaan sejak lahir dianggap tidak ada pengaruhnya.
Karena itu aliran atau teori ini dalam lapangan pendidikan menimbulkan pandangan yang optimis yang memandang bahwa pendidikan merupakan usaha yang cukup mampu untuk membentuk pribadi individu. Seorang tokoh empirisme lainnya yang kemudian mendirikan aliran “Behaviorisme” yakni John B. Watson menjadi guru besar di Jhon Hopkins University di Amerika Serikat, terkenal dengan semboyannya yang berikut ini :“ Berikan kepadaku sepuluh orang anak. Akan kujadikan kesepuluh orang anak itu masing-masing menjadi pengemis, pedagang, sarjana dan sebagainya sesuai dengan kehendakku”.
Jadi menurut Watson, karena jiwa manusia itu lahir masih bersih, maka untuk menjadikan manusia itu sesuai dengan ynag dikehendaki, kepada orang itu tinggal diberikan lingkungan dan pengalaman-pengalaman yang diperlukan.
Seorang filsuf Barat, Emmanuel Kant, yang memberikan dukungan terhadap aliran ini, pernah mengemukakan “Manusia dapat menjadi manusia hanya karena pendidikan”.
Aliran ini pada intinya merupakan perpaduan antara pandangan nativisme dan empirisme. Aliran ini menggabungkan arti penting hereditas (pembawaan) dengan lingkungan sebagai faktor yang berpengaruh dalam perkembangan manusia.
3. Teori Berorentasi Konvergensi
Tokoh utama aliran konvergensi adalah Louis William Stern, seorang filsuf, sekaligus sebagai psikolog Jerman.
Stern dan para teori yang berorentasi Konvergensi (convergence) merupakan gabungan antara aliran nativisme dan aliran empirisme. Aliran ini menganggap hereditas (pembawaan) dan lingkungan (pendidikan) sebagai faktor-faktor yang berpengaruh dalam perkembangan manusia.
Faktor pembawaan tidak berarti apa-apa tanpa faktor pengalaman. Demikian pula sebaliknya, faktor pengalaman tanpa faktor bawaan tidak akan mampu mengembangkan manusia yang sesuai dengan harapan. Perkembangan yang sehat akan berkembang jika kombinasi dari fasilitas yang diberikan oleh lingkungan dan potensialitas kodrati anak bisa mendoorng berfungsinya segenap kemampuan anak. Dan kondisi sosial menjadi sangat tidak sehat apabila segala pengaruh lingkungan merusak, bahkan melumpuhkan potensi individu tersebut.
Sumber :
1. Ahmadi, Abu, 1998, Psikologi Umum, Jakarta : Rineka Cipta
2. Bimo Walgito, 2004, Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta : Andi Offset
3. Sarwono, Wirawan, sarlito, 2000, Pengantar Umum Psikologi, Jakarta : Bulan Bintang
0 komentar:
Posting Komentar